Pembahasan jurnal Pembelajaran Terpadu dalam Pengajaran IPS di Kelas III SD Garung Lor Kaliwangu Kabupaten Kudus
Ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar sangat dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka, pengetahuan dan sikap agar dapat bersosialisasi dalam kehidupan mereka sehari-hari dan menjadi warga Negara yang baik serta bangga dengan sejaah dan perkembangan di Negara Indonesia. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS ini sangat dibutuhkan dan harus dipelajari hendaknya dari SD.
Di sekolah dasar, biasanya pelajaran IPS mulai dipelajari sejak kelas 3. Anak kelas 3 merupakan anak yang dalam perkembangan Piaget masih berada dalam tahapan operasional konkrit, yang berarti belum terlalu mampu berpikir abstrak. Namun, sayangnya dalam pelaksanaan mengajar pada anak SD kelas 3 terutama pada mata pelajaran IPS, guru hanya memberikan materi, teori-teori dan konsep-konsep tanpa mengkaitkannya dengan kehidupan nyata atau pengalaman sehari-hari. Ditambah lagi dengan model pengajaran yang konvensional bersifat ceramah, membuat siswa menjadi pasif dan tidak mampu menggunakan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam dokumen kebijakan kurikulum, pembelajaran di SD disarankan untuk memakai metode pembelajaran terpadu. Adapun ciri-ciri metode pembelajaran terpadu adalah:
- berpusat pada anak
- memberikan pengalaman langsung pada anak
- pemisahan bidang studi tidak begitu jelas
- menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
- bersifat luwes
- hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Pembelajaran IPS akan lebih baik jika diberikan dengan metode pembelajaran terpadu karena anak akan menjadi lebih mengerti dan memahami penggunaan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari disebabkan siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam belajar dan mencari sumber pengetahuan sendiri.
Langkah dalam perencanaan pembelajaran terpadu meliputi:
- memilih tema yang dapat menjadi awal topik untuk memadukan beberapa bidang studi
- melakukan peta konsep untuk menemukan konsep yang terkait di antara mata pelajaran yang ada
- memilih aktifitas belajar yang memungkinkan adanya keterpaduan
- menentukan konsep yang akan dibahas
- memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak
- menyusun jadwal kegiatan secara sistematis
Sedangkan alternatif tema dapat ditentukan berdasarkan minat siswa, minat guru, kejadian yang penting dalam waktu tertentu, mengambil topik utama dalam kurikulum, atau mengacu pada kegiatan dan kehidupan masyarakat tertentu.
Penelitian pada jurnal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara perolehan hasil belajar IPS dengan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran terpadu dan keefektifan metode pembelajaran terpadu di SD.
Penelitian dilakukan pada anaka kelas 3 SD Garung Lor 01 (sebagai kelas eksperimen) dan 02 (sebagai kelas kontrol) kecamatan Kaliwungu, kabupaten Kudus. Dan hasil yang didapat adalah:
· Ada perbedaan perolehan hasil belajar antara pembelajaran terpadu dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian berarti ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran terpadu dengan pembelajaran konvensional. Dari hasil kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Hasil post-test naik secara meyakinkan diobandingkan dengan hasil pre-test. Demikian juga kelompok kontrol, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran.
· Pembelajaran terpadu lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional dalam hal perolehan hasil belajar.
Pembahasan :
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar. Dalam mengajar siswa berbakat diberikan peluang untuk mengembangkan kurikulum diferensiasi maksudnya memberikan pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa dalam menerima pelajaran.
Siswa berbakat merupakan siswa yang rasa ingin tahunya tinggi, mudah dalam memahami pelajaran umumnya, sehingga jika dia diberikan pelajaran yang mudah dan tidak menantang mereka cenderung cepat menjadi bosan dan mereka juga tidak dapat mengembangkan lebih maju lagi kemampuan yang mereka miliki. Ini berarti, pembelajaran konvensional dengan cara ceramah tidak akan efektif untuk siswa berbakat.
Oleh karena itu, guru harus memberikan sesuatu yang berbeda untuk mengajar pada siswa berbakat ini. Dan sepertinya pembelajaran dengan model terpadu ini cukup memberikan kesempatan belajar efektif bagi siswa yang melit ini.
Ciri-ciri pada pembelajaran terpadu :
- berpusat pada anak
- memberikan pengalaman langsung pada anak
- pemisahan bidang studi tidak begitu jelas
- menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
- bersifat luwes
- hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Dalam mengajar siswa berbakat diperlukan adanya modifikasi kurikulum yang mencakup empat bidang yaitu, modifikasi konten kurikulum, proses/metode pembelajaran, produk, dan lingkungan belajar. Pembelajaran terpadu memusatkan pembelajaran pada anak, sehingga mereka mencari informasi sendiri dan mencoba memecahkan masalahnya sendiri. Konsep-konsep dan teori-teori juga disediakan dari berbagai bidang studi pada satu proses pembelajaran, yang berarti ini menunjukkan adanya modifikasi konten.
Dalam modifikasi proses dapat dilihat dengan adanya pembagian kelompok dalam pemecahan suatu masalah dan juga dapat membantu mereka bekerja sama secara kooperatif. Yang berarti juga membantu mereka bersosialisasi yang merupakan salah satu dalam tujuan pembelajaran IPS. Pada modifikasi produk belajar, guru juga memberikan beberapa alternatif produk yang dapat dihasilkan melalui pengalaman yang diberikan pada saat pembelajaran terpadu. Pada pembelajaran terpadu, siswa berhak untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan, keputusan juga dapat dibuat bersama antara guru dan siswa yang menunjukkan modifikasi dalam lingkungan belajar.
Dan yang paling penting, pembelajaran terpadu ini bersifat luwes yang artinya guru harus mampu mengetahui kapan dan strategi apa yang dilakukan pada suatu kondisi. Penerapan suatu metode pembelajaran tergantung kepada kondisi yang dihadapi.
Jadi, dalam pembelajaran siswa berbakat, penerapan pembelajaran terpadu ini cocok dilakukan agar terjadi keefektifan dan pencapaian tujuan serta dapat memaksimalkan kemampuan dari siswa berbakat ini. Selain itu, penerapan metode terpadu ini tidak hanya bagus untuk siswa berbakat saja, ini juga dapat diterapkan pada siswa yang umum, apalagi pada tingkat SD, karena mereka masih bisa diasah dan dilatih potensi-potensi yang seharusnya dapat dimunculkan lebih dini sehingga mereka nantinya dapat teroptimalkan kinerjanya.
Curriculum for the Gifted Student: Lulu Stedman's Contributions
Pendidikan progresif di Amerika digunakan pada kurikulum siswa berbakat. Pendidikan progresif disini maksudnya adalah upaya dari psikolog pendidikan, filsuf mengembangkan sekolah yang dapat menyediakan pengalaman yang menguntungkan bagi intelektual, sosial serta moral anak. Hal ini didasari dari penelitian yang menekankan pada pendidikan berpusat pada anak, kreativitas, ekspresi diri, dan individualitas.
Pendidikan progresif dirancang untuk dapat meningkatkan kehidupan individu dalam berbagai bidang kehidupan. Pendidikan progresif itu:
· memperluas fungsi sekolah untuk lebih peduli dalam kesehatan, pekerjaan, dan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat
· dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pedagogis dari penelitian psikologi terbaru
· mengajar dengan memperhatikan perbedaan kemampuan siswa-siswanya
Dalam studi ini Stedman dkk, membuat sebuah “opportunity class” yang berisi siswa berbakat. Disini mereka tidak membatasi anak-anak itu untuk maju. Tidak seperti kelas regular, dimana anak berbkat harus menunggu anak lainnya agar dapat melanjutkan pelajaran. Mereka diberikan tugas-tugas individu yang mementingkan perbedaan kemampuan masing-masing serta minat anak. Tugas individu ini nantinya akan dibahas bersama-sama dengan guru sehingga hal tersebut dapat bermanfaat bagi semuanya.
Stedman dkk juga memberikan masalah-masalah yang kemudian siswa diskusikan dalam kelompok sehingga menarik suatu kesimpulan. Dan dari pengalaman tersebut, anak-anak disana lebih suka terhadap permasalahan yang abstrak daripada yang kongkrit. Karena masalah abstrak dapat merangsang kreativitas mereka. Kelas juga dirancang seperti pemerintahan sipil, ada ketua kelas yang memimpin dan membimbing teman-temannya. Selain itu mereka juga diajarkan untuk lebih mementingkan kepentingn bersama daripada kepentingan sendiri sehingga anak-anak berbakat yang memang memiliki kelebihan dari anak-anak pada umumnya ini dapat belajar juga mempunyai sikap yang baik dan tidak sombong.
Para siswa juga diberikan pendidikan jasmani. Dengan hal itu didapatkan bahwa anak-anak yang bermain dan berolahraga tersebut memiliki dampak yang positif terhadap aktivitas mentalnya yang tercermin dalam prilaku si anak dan sama sekali tidak mengganggu prestasi akademik mereka.
Penelitian Stedman ini berguna untuk kemajuan siswa berbakat. Dimana lebih mementingkan penyesuaian kurikulum bagi anak-anak berbakat dalam kelas regular. Serta pendidikan jasmani serta seni yang diberikan juga dapat mengurangi stereotype negative tentang siswa berbakat.
Pembahasan :
Dari penelitian ini menghasilkan bahwa pentingnya untuk memodifikasi kurikulum berdasarkan kemampuan anak. Walaupun anak yang berbakat di letakkan dalam kelas regular, peran guru disini lebih penting untuk dapat memaksimalkan kemampuan dari siswa berbakat tersebut. Dengan cara memodifikasi kurikulum di konten atau isinya, proses, produk serta lingkugan belajarnya.
Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Stedman melakukan sejumlah perlakuan untuk anak berbakat agar mengetahui kebutuhan dan cara pembelajaran yang tepat untuk mereka. Anak-anak tersebut lebih menyukai hal abstrak dalam proses pembelajaran yang berarti jika mereka ditempatkan dalam kelas regular, guru bisa memberikan pertanyaan yang memerlukan penalaran dan pemikiran yang lumayan rumit untuk memancing ketertarikan mereka, ini berarti guru sudah melakukan modifikasi pada proses pembelajaran. Guru juga seharusnya melakukan modifikasi konten dengan cara siswa diberikan materi-materi yang diminatinya dan bersama guru mereka mendiskusikannya. Serta lingkungan belajar yang memberikan kesempatan pada anak untuk memilih, bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain membuat anak belajar lebih efektif.